Selasa, 14 Agustus 2012

Tanda-tanda Lailatul Qadar

Lailatul Qadar atau Lailat Al-Qadar adalah satu malam yang penting yang terjadi pada bulan Ramadan. Alquran menyebut malam ini sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Inilah satu malam yang sangat sakral, dimana kitab suci Alquran diturunkan malam ini sebagai pedoman hidup ummat manusia.

Syaikh Salim Bin Ied Al Hilaly dan Syaikh Ali Bin Hasan Bin Ali Bin Abdul Hamid dalam laman Suara Al Qur'an menyebutkan, Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam meriwayatkan bahwa malam lailatul qadar terjadi pada malam antara tanggal 21, 23, 25, 27, 29 dan akhir malam bulan Ramadan. Pendapat-pendapat yang ada berbeda-beda. Imam Al Iraqi dalam risalahnya 'Syarh Shadr bidzkri Lailatul Qadar', membawakan perkatan para ulama;

Imam Syafi'i berkata, "Menurut pemahamanku, wallahu a'lam, Nabi shallallahu `alaihi wa sallam menjawab sesuai yang ditanyakan, ketika ditanyakan kepada beliau, "Apakah kami mencarinya di malam hari?", beliau menjawab, "Carilah di malam tersebut.". (Sebagaimana dinukil al Baghawi dalam Syarhus Sunnah 6/388).

Pendapat yang paling kuat, terjadinya malam Lailatul Qadr itu pada malam terakhir bulan Ramadan, berdasarkan hadits `Aisyah radiyallahu `anha, dia berkata: Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam beri'tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda, (yang artinya) "Carilah malam Lailatur Qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan."

Jika seseorang merasa lemah atau tidak mampu, janganlah sampai luput dari tujuh hari terakhir, karena riwayat Ibnu Umar (dia berkata): Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), "Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya." (HR Bukhari 4/221 dan Muslim 1165).

Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam  juga menggambarkan tanda-tanda datangnya malam mulia ini sebagai berikut:

1. Udara dan suasana pagi yang tenang. Ibnu Abbas radliyallahu'anhu berkata: Rasulullah SAW bersabda : "Lailatul qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah."

2. Esok harinya cahaya matahari agak meredup, bersinar cerah tapi tidak kuat. Ubay bin Ka'ab radliyallahu'anhu berkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : "Keesokan hari malam lailatul qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar seperti nampan."

3. Bulan nampak separuh bulatan. Abu Hurairoh ra pernah berkata bahwa mereka pernah berdiskusi tentang lailatul qadar disamping Rasulullah SAW lalu beliau bersabda; "Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan."

4. Sewaktu malam tampak terang, tidak dingin, tidak berawan, tidak hujan, tidak panas, tidak ada angin kencang, dan tidak ada aktivitas meteor yang jatuh digalaksi. Rasulullah SAW bersabda: "Lailatul qadar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)" (HR. at-Thobroni dalam al-Mu'jam al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan), sebagaimana hadits dari Watsilah bin al-Asqo'.

5. Terbawa kedalam mimpi. Beberapa sahabat Rasulullah SAW mengalami mimpi berjumpa dengan malam lailatul qadar.

6. Orang yang beribadah pada malam tersebut merasakan lezatnya ibadah, ketenangan hati dan kenikmatan bermunajat kepada Allah, tidak seperti malam-malam lainnya.(*)

Rabu, 08 Agustus 2012

Berkah - berkah di bulan Ramadhan


Bulan Puasa/Ramadhan adalah bulan yang suci, penuh dengan berkah, bulan penuh pengampunan dan bulan yang amat mulia. Maka sangat merugi dan disayangkan jika seorang muslim tidak menjalankan ibadah puasa di bulan ramadhan ini.
Sebab belum tentu dibulan ramadhan yang akan datang ( tahun depan ) anda masih bisa diberi kesempatan untuk berjumpa lagi…
Berikut dibawah ini merupakan keberkahan-keberkadan, keistimewaan-keistimewaan dan keutamaan-keutamaan di bulan ramadhan ini :
1. Berkah puasa pada bulan Ramadhan
Nabi bersabda: “Siapa saja yang berpuasa bulan Ramadhan karena iman dan ihtisab (mengharap pahala Allah) maka diampunkan dosa-dosanya yang telah lalu.” Dalam hadits qudsi diterangkan: “Setiap amal manusia adalah untuknya. Sebuah kebaikan diganjar dengan sepuluh kali hingga 700 kali lipat, kecuali shaum. Aku yang akan memberi balasannya. Karena ia meninggalkan syhwatnya, makan dan minumnya untukKu..”
2. Berkah kabar gembira dan ucapan tahni’ah dengan Ramadhan
Hal ini seperti yang termaktub dalam hadits, Rasulullah berdo’a: “Allahumma baarik lanaa fii Rajaba wa Sya’baan, wa ballighnaa Ramadhaan.” Juga hadits: “Telah datang bulan Ramadhan. Bulan penuh berkah. Allah mewajibkan shaum di dalamnya atas kalian.” Para salaf kita, dulu selalu berdo’a 6 bulan sebelumnya agar dipertemukan dengan Ramadhan
3. Berkah malam pertama bulan Ramadhan
Nabi bersabda: “Jika tiba awal pertama bulan Ramadhan, maka setan-setan dan jin jahat dibelenggu, semua pintu neraka ditutup dan seluruh pintu surga dibuka. Setiap malam ada yang menyeru: “Wahai pencari kebaikan sambutlah dan berhentilah kamu wahai pencari kejelekan…”
4. Berkah shalat malam dan tahajjud pada malam bulan Ramadhan
Dalam hadits disebutkan: “Siapa saja yang berqiyamul lail (shalat malam) pada bulan Ramadhan karena iman dan ihtisab, maka diampunkanlah dosa-dosanya yang telah lalu.” Juga dalam hadits lain dijelaskan: “Siapa saja yang shalat bersama imam sampai imamnya pergi meninggalkan tempatnya maka dicatat bagi orang tersebut shalat semalam suntuk…”(HR. Para pemilik Sunan dan disohihkan oleh Tirmidzi)
5. Berkah sedekah di bulan Ramadhan
Nabi bersabda: “Sedekah yang paling afdhal ialah sedekah pada bulan Ramadhan.” Rasulullah adalah orang yang paling dermawan dan bertambah kedermawanannya pada bulan Ramadhan saat ditemui Jibril, beliau lebih dermawan daripada angin yang bertiup.
6. Berkah memberi orang buka shaum
Dalam hal ini Nabi bersabda: “Siapa saja yang memberi buka shaum pada bulan Ramadhan maka hal itu sebagai pelebur dosanya dan mengentaskannya dari neraka. Dan baginya seperti pahala orang tersebut tanpa terkurang sedikitpun.” Sahabat bertanya: Wahai Rasul, tidak semua kami mampu melakukan hal itu. Maka beliau bersabda: “Allah memberikan pahala ini kepada orang yang memberi buka shaum walau seteguk susu, sebuah kurma atau seteguk air minum. Siapa saja yang memberi minum orang yang shaum, maka Allah memberinya minum dari telagaku yang menajadikannya tidak haus selamanya sampai ia masuk surga…”
7. Keberkahan do’a saat berbuka
Nabi bersabda: “Bagi orang yang sedang berpuasa do’a tak tertolak saat ia berbuka.” Dalam hadits lain: “Bagi orang yang sedang shaum dua buah kebahagiaan; bahagia saat berbuka dan bersuka cita ketika bersua Rabbnya.” Demikian pula riwayat yang menyebutkan ada tiga orang yang do’anya makbul; do’a orang yang sedang shaum hingga ia berbuka, seorang imam yang adil dan orang yang teraniaya.
8. Berkah lailatul qadar
Nabi bersabda: “Siapa saja yang melakukan qiyamul lail pada malam lailatul qadar karena didasari iman dan ihtisab, maka diampunkan dosa-dosanya yang telah lampau.” Hal itu bisa jadi, karena lailatul qadar lebih afdhal daripada 1000 bulan. Maka dari itu, sebagian sahabat dan salaf menganggap sunnah mandi dan memakai parfum pada 10 hari terakhir demi menjaring lailatul qadar.
(Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, (bahwasanya) beliau bersabda.”Artinya : Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh iman dan ihtisab maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (Hadits Riwayat Bukhari 4/99, Muslim 759)
9. Berkah sahur
Rasulullah telah berwasiat: “Lakukanlah sahur, karena mengandung keberkahan.” Juga: “Hendaknya kalian melakukan sahur karena sahur adalah makanan yang diberkahi.” Tapi justeru: “Sahur itu seluruhnya adalah keberkahan. Maka jangan kalian tinggalkan walau hanya sekedar dengan seteguk air, karena Allah dan para MalaikatNya mendo’akan bagi orang-orang yang melakukannya.” Hal ini bisa terjadi, karena: “Pembeda antara shaum kita dengan shaum ahli Kita adalah adanya sahur.”
10. Berkah dalam safar di bulan Ramadhan
Allah berfirman yang artinya: “Maka barangsiapa di antara kalian ada yang sakit atau dalam perjalan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (Al-Baqarah: 184) dalam hadits disebutkan: “Tidak termasuk suatu kebaikan, puasa dalam safar.” Dalam hadits lain: “Bahwasanya Allah telah meletakkan shaum dan setengah shalat bagi musafir.”
11. Berkah sakit di bulan Ramadhan
Maka barangsiapa di antara kalian ada yang sakit atau dalam perjalan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.” (Al-Baqarah: 184). Hal ini terjadi, karena seseorang yang didera sakit berat dan tiada harapan sembuh, maka dia tidak wajib puasa, bayar keffarat dan tidak pula mengqodho’nya. Ini berkat Ramadhan, sebagai dispensasi dan rahmat.
12. Berkah berobat
Dalam sebuah hadits dijelaskan: “Tiga hal tidak membatalkan puasa seseorang; hijamah (bekam), muntah (tanpa unsur sengaja) dan bermimpi keluar mani.” Hanya saja hijamah, makruh sebab dapat melemahkan orang yang sedang shaum. Sedangkan memakai sifat mata, maka Nabi r bersabda: “Dan hendaknya orang yang sedang shaum membentengi diri dengannya.” Adapun mengenakan minyak rambut, maka Ibnu Mas’ud berkomentar: Rasulullah telah mewasiati diriku agar di pagi hari saat aku shaum aku dalam kondisi mengenakan minyak rambut dan menyisirnya. Jangan sampai di hari puasamu itu -kata beliau-, kamu dalam kondisi masam dan dekil
13. Berkah i’tikaf
Rasulullah telah melakukannya 10 hari pada setiap Ramadhan. Tapi pada tahun wafatnya, beliau melakukannya 20 hari. Dulu jika beliau memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan, maka beliau mengencangkan kainnya, menghidupkan malamnya (dengan ibadah) dan membangunkan keluarganya
14. Berkah dibelenggunya setan
Hal itu seperti yang termaktub dalam sebuah hadits: “..pada bulan Ramadhan, setan dan jin-jin jahat diikat.”
15. Berkah membiasakan anak-anak untuk shaum
Dari al-Rabi’ binti Mu’awwidz, ia berkata: Dulu kami membiasakan anak-anak kami shaum dan kami buatkan permainan dari kapas, jika mereka menangis minta makan maka kami berikan mainannya tersebut sampai tiba saat berbuka
16. Berkah zakat fitrah pasca Ramadhan
Rasulullah telah mewajibakan zakat fitrah di akhir bulan Ramadhan sebagai alat yang mencucikan orang shaum dan bantuan makan untuk orang-orang miskin
17. Berkah hari raya ‘idul fitri
Dalam sebuah hadits qudsi diterangkan: “Wahai para hambaKu, kalian telah berpuasa hanya karenaKu dan mendirikan shalat malam hanya untukKu, maka kembalilah kalian dengan ampunanKu.” Hari raya ‘idul fitri juga disebut hari penerimaan hadiah. Hari raya ini datang setelah Allah membebani para hambaNya muslimin kewajiban puasa bulan Ramadhan dan menjadikan bagi mereka setelah paripurna mengerjakan ibadah tersebut hari yang menyenangkan mereka
18. Berkah melakukan umrah di bulan Ramadhan
Dalam sebuah riwayat disebutkan: “Umrah di bulan Ramadhan menyamai sebuah haji.” Dalam riwayat lain: “..menyamai haji bersama diriku.”
19. Berkah bau mulut orang yang berpuasa
Dalam hadits dterangkan: “Sungguh, bau mulut orang yang sedang mengerjakan shaum itu di sisi Allah lebih harum daripada aroma minyak kesturi.
20. Berkah siwak di bulan Ramadhan
Rasulullah melakukan siwak dalam kondisi beliau berpuasa. Abdur Rahman bin Ghunaim pernah bertanya kepada Mu’adz bin Jabal, “Bolehkah saya bersiwak padahal saya sedang berpuasa?” Mu’adz menjawab: “Ya.”
21. Berkah air kumur di bulan Ramadhan
Sungguh Rasulullah dulu melakukan madhmadhah (berkumur-kumur) dan istinsyaq (menghirup air ke hidung) dalam kondisi berpuasa. Hanya saja beliau bersabda: “Berlebih-lebihanlah dalam istinsyaq, kecuali jika kamu berpuasa.”
22. Berkah lupa di bulan Ramadhan
Nabi bersabda: “Siapa saja yang lupa padahal ia berpuasa, lalu ia makan atau minum maka hendaknya ia sempurnakan puasanya. sesungguhnya Allah-lah yang memberinya makan dan minum.”
23.Berkah norma dan etika baik di bulan Ramadhan
Rasulullah telah mewasiati kita: “Jika pada hari puasa salah seorang diantara kalian, maka janganlah berkata cabul dan berteriak-teriak. Apabila ada yang menghina atau mengajaknya bertengkar maka ucapkanlah, maaf saya sedang berpuasa.”
24. Berkah rafats (mencampuri, menggauli) isteri di malam bulan Ramadhan
Allah berfirman yang artinya: “Dihalalkan untuk kalian pada malam bulan Ramadhan menggauli isteri-isteri kalian.” (Al-Baqarah: 187)
25. Berkah niat di bulan Ramadhan
Dalam sebuah hadits: “Tiada puasa bagi orang yang tidak berniat pada malam hari.”
Berkah surga di bulan Ramadhan. Dalam riwayat disebutkan, Nabi r bersabda: “Allah menghiasi surgaNya pada setiap hari di bulan Ramadhan.” Dalam hadits qudsi: “Sudah amat dekat para hambaKu keluar dari kesulitan dan penyakit lalu kembali menuju kepadamu (surga).” Dalam riwayat juga disebutkan, bahwa di surga terdapat pintu yang bernama AR-ROYYAAN yang hanya dikhususkan bagi orang-orang yang berpuasa
26. Berkah kebaikan memperbanyak baca Al-Qur’an di bulan Ramadhan
Imam Sufyan Tsauri, jika telah memasuki Ramadhan maka beliau hentikan aktivitas mengajarnya guna konsentrasi penuh dengan Al-Qur’an dan ibadah lainnya. Hal ini, karena beliau berkudwah dengan Rasulullah r yang amat dermawan utamanya saat beliau ditemui Jibril dan bertadarus Al-Qur’an dengannya.
27. Berkah istighfar
Nabi bersabda: “Pada bulan Ramadhan, para malaikat memintakan ampunan bagda jalan Allah niscaya Allah akan manjauhkan mukanya dari api neraka (sejauh perjalanan) 70 tahun.” (Hadist riwayat Al-Bukhari)

Amalan di 10 Hari Terakhir Ramadhan

Dari ‘Aisyah radhiallahu anha dia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bila memasuki sepuluh akhir (dari bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarung, menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya “. (HR. Al-Bukhari no. 1884 dan Muslim no. 2008)
Dalam lafazh yang lain:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ
“Pada sepuluh terakhir bulan Ramadlan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih giat beribadah melebihi hari-hari selainnya.” (HR. Muslim no. 2009)
Ada dua penafsiran di kalangan ulama mengenai makna ‘mengencangkan sarung’:
a.    Ini adalah kiasan dari memperbanyak ibadah, fokus untuk menjalankannya, dan bersungguh-sungguh di dalamnya.
b.    Ini adalah kiasan dari menjauhi berhubungan dengan wanita. Ini adalah pendapat Sufyan Ats-Tsauri dan yang dirajihkan oleh Al-Hafizh Ibnu Rajab rahimahumallah.
Makna ‘menghidupkan malam’ adalah mengisinya dengan ibadah dibandingkan tidur yang merupakan saudara dari kematian.
Makna ‘membangunkan keluarga’ adalah mendorong dan memerintah keluarga untuk mengisi malam-malam itu dengan ibadah.
Pada dasarnya, membangunkan keluarga untuk shalat malam adalah hal yang disunnahkan. Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا قَامَ مِنْ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ رَحِمَ اللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنْ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ
“Allah merahmati seseorang yang bangun malam kemudian shalat lalu membangunkan isterinya, apabila isterinya menolak, dia akan memercikkan air ke mukanya. Dan Allah merahmati seorang isteri yang bangun malam lalu shalat, kemudian dia membangunkan suaminya, apabila suaminya enggan, maka isterinya akan memercikkan air ke muka suaminya.” (HR. Abu Daud no. 1113, An-Nasai no. 1592, dan Ibnu Majah no. 1326)
Akan tetapi hal ini lebih disunnahkan lagi di 10 terakhir ramadhan. Karena shalat lail mengandung banyak keutamaan sehingga tidak pantas bagi seorang muslim atau keluarganya untuk luput darinya. 10 hari terakhir juga adalah penutup bulan ramadhan, sementara setiap amalan itu tergantung dengan penutupnya. Sebagaimana dalam hadits Sahl bin Sa’ad radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
وَإِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
“Dan sungguh amalan itu ditentukan dengan penutupannya.” (HR. Al-Bukhari no. 6117)
Kemudian, ibadah yang dianjurkan untuk dilakukan pada 10 hari ini tidak terbatas pada shalat lail saja, akan tetapi mencakup semua jenis ibadah seperti membaca Al-Qur`an, berdzikir, berdoa, bersedekah, dan selainnya.
Di antara keistimewaan 10 hari ini adalah di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari 1000 bulan atau yang dikenal dengan malam al-qadr. Pada malam ini Al-Qur`an diturunkan, pada malam ini ditetapkan takdir untuk setahun berikutnya, dan pada malam ini terdapat banyak pengampunan. Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi kami. Sesungguhnya Kami adalah yang mengutus rasul-rasul.” (QS. Ad-Dukhan: 3-5)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadlan dengan penuh keimanan dan mengharap (pahala dari Allah), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. Dan siapa yang menegakkan (shalat pada malam) pada lailatul Qadr dengan keimanan dan mengharap (pahala dari Allah), maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Al-Bukhari no. 34 dan Muslim no. 1268)
Karena semua keutamaan inilah, sebagian ulama berpendapat bahwa 10 terakhir ramadhan itu lebih utama dibandingkan 10 hari pertama dzulhijjah. Wallahu a’lam.

10 Amalan / Ibadah Di Bulan Ramadhan - Dianjurkan Dalam Hadits dan Al-qur`an

1.Shaum (Puasa) Ramadhan
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS.Al Baqarah:183)

2.Qiyam Ramadhan (Shalat Tarawih)

Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Barang siapa yang melaksanakan qiyam Ramadhan (shalat Tarawih) karena iman kepada Allah dan mengharapkan pahala (hanya dari-Nya) maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu.” (HR.Bukhari)

3.Tilawah (Membaca dan mentadabburi) Al Qur’an

Rasulullah saw bersabda:

“Puasa dan Al Qur'an akan memberikan syafaat kepada seorang hamba di hari kiamat. Puasa berkata, ”Wahai Tuhanku, aku telah menahannya dari makan dan syahwat, maka perkenankanlah aku memberikan syafaat kepadanya.” Sedangkan Al Qur'an berkata, ”Aku telah mencegahnya dari tidur malam, maka perkenankanlah aku memberikan syafaat kepadanya.” (HR Ahmad dan Al-Hakim)

4.Ifthar Shaimin (Memberi Makan Orang Yang Berpuasa)

Rasulullah saw bersabda:

“Barangsiapa yang memberi makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, maka baginya pahala yang semisal orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tersebut sedikit pun.” (HR. Tirmidzi)

5.Al-Iktsar Fish Shadaqat wal Infaq (Memperbanyak Shadaqah dan Infaq)

Rasulullah saw bersabda:

"Seutama-utamanya shadaqah, adalah di bulan Ramadhan." (HR.Tirmidzi)
“Puasa itu perisai, sedangkan shadaqah itu memadamkan kesalahan seperti air memadamkan api.” (HR.Tirmidzi)

6.Al-I’tikaf fil ‘Asyril Akhir (I’tikaf Sepuluh Hari Terakhir)

Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf pada bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Namun pada tahun wafatnya, Beliau beri’tikaf selama dua puluh hari” (HR.Bukhari)

7.Taharri Lailatil Qadr (Mengupayakan Lailatul Qadr Dengan Memperbanyak Ibadah)

Rasulullah saw bersabda,

"Sesungguhnya bulan yang mulia ini telah datang kepada kalian. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barangsiapa terhalang dari mendapatkannya, niscaya telah terhalang dari mendapatkan seluruh kebaikan. Dan tiada orang yang terhalang dari mendapatkannya, kecuali orang-orang yang merugi." (HR. Ibnu Majah)

8.Umrah fi Ramadhan (Umrah di Bulan Ramadhan)

“Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma berkata, ‘Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada seorang wanita dari kalangan Anshar, ‘Apa yang menghalangimu untuk haji bersama kami?’ Wanita itu menjawab, ‘Kami mempunyai onta yang kami pergunakan untuk mengairi. Lalu Abu Fulan menaikinya, begitu pula anak onta itu bagi istrinya dan anaknya, dan dia meninggalkan seekor unta agar dipergunakan untuk mengairi’. Beliau berkata, ‘Apabila datang bulan Ramadhan, maka umrahlah pada bulan itu, karena umrah pada bulan Ramadhan serupa dengan haji” (HR.Bukhari-Muslim)

“Umrah hingga umrah berikutnya merupakan penebus kesalahan antara keduanya, dan haji mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga” (HR.Bukhari-Muslim)

9.Al-Qital fi Sabilillah (Berperang di Jalan Allah)

“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah…” (QS. At-Taubah: 41)

Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, Muslim, dan At-Tirmidzi bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Tidaklah seorang hamba berpuasa dalam satu hari dalam jihad fi sabîlillâh melainkan pada hari itu, Allah menjauhkan wajahnya dari neraka sejauh perjalanan 70 tahun.”

Dalam hadits lain disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Siapa saja yang shaum satu hari di dalam jihad fisabilillah niscaya Allah akan menjauhkan antara dia dan neraka dengan satu parit yang luasnya seluas langit dan bumi.” (HR. Ath-Thabarani)

10.Zakatul Fitri (Mengeluarkan Zakat Fitrah)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS.Al Baqarah:277)

Zakat Fitrah adalah zakat yang ditunaikan khusus di bulan Ramadhan. Ibnu Abbas berkata, “Rasulullah saw telah mewajibkan zakat fitrah untuk mensucikan diri orang yang berpuasa dari perkataan kotor dan sia-sia, serta untuk memberi makan orang-orang miskin. Maka siapa yang melakukannya sebelum shalat ‘Id, itulah zakat yang diterima (maqbul). Sedang yang melakukannya setelah shalat ‘Id, maka itu disebut sebagai sekedar shadaqah.” (HR.Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Hakim)

Takaballallahu Minna Wa Minkum, Wallahu A`lam.

Kamis, 02 Agustus 2012

~Kisah Cinta Ali dengan Fatimah Azzahra~


Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun.
Fathimah karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya.
Kesantunannya, iba...dahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.
Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali.

‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.

”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali.
Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.

Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan anak-anak kurang pergaulan seperti ’Ali.

Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.

’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. ”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.
”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”
"Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan." Ucap Ali

Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.
Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri.
Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut.

’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman?.
Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..”

Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah.
Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam.
Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.
’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah.

”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barang siapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!” ’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak.
’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha.

Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian,atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan.
Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak.

Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi?.
Yang seperti ’Utsman sang miliarderkah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah?.
Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah?.
Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.
Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adzkah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?

”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. ””Aku?”, tanyanya tak yakin.”Ya. Engkau wahai saudaraku!””Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?””Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”’

Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.”Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan.
Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya.

Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.
Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan.
Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.

”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?””Entahlah..””Apa maksudmu?””Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!””Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka,”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !”Dan ’Ali pun menikahi Fathimah.
Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya.
Itu hutang.Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti.

Subhanallah,
’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!” Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.

Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda ”‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?”Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu.”


Kemudian Nabi saw bersabda: “ Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut.”


Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keduanya:“ Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak.”

(Kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, Bab 4).

Subhanallah,,
Sungguh Kisah yang Indah ,jawaban dari sebuah penantian jua harapan,,
Semoga tumbuh semangat dijiwa-jiwa yang ingin menyempurnakan Agama Allah,,,
Menjemput Cinta dijalan Allah,,
Aamiin :)

Seperti Kata Sydina Ali, "Cinta tak pernah meminta untuk menanti,Ia mempersilahkan Jiwa untuk menjemputnya dengan niat mengharapkan Keutuhan Cinta dihadap Allah azzaWajallah".

Subhanallah..

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | SharePoint Demo