Alangkah cepatnya takabur menjalari para ulama dan ilmuan.karenanya Nabi muhammad SAW bersabda,"celaka ilmu ialah kesombongan!".
baru saja sorang berilmu memantapkan kejayaan ilmunya,segeralah terasa
dalam dirinya keindahan ilmu dan kelebihannya lalu dirinya dianggapnya
penting dan orang lain di pandangnya remeh,bagaikan memandang hewan
ternak saja.mereka di anggapnya bodoh-bodoh dan di tungguhnya untuk
memberi salam.bila orang-orang telah dulu memberi salam kepadanya dan di
balasnya dengan muka manis,maupun orang-orang bangkit berdiri
menghormatinya atau di penuhi undangan orang,maka ia menganggap dirinya
telah berbudi kepada orang itu dan haruslah yang bersangkutan
berterimakasih kepadanya,serta meyakini bahwa dialah orang yang paling
mulia,yang telah sudi berbuat terhadap mereka hal-hal yang semestinya
tak dapat mereka harapkan dari orang-orang sepertri dia.
Orang
yang begini mutunya lebih tepat dinamakan orang jahil dan di katakan
seorang'alim,karena ilmu yang hakiki ialah ilmu yang dengannya kita
dapat tahu diri dan mengenal tuhan,tahu bahaya besar di akhir hayat(Al
Khatimah)dan tahu bahwa ilmu pulalah nantinya yang akan menjadi alasan
Allah untuk pemukul para ulama dan tahu pula besar resikonya ilmu di
hari nanti,maka ilmu yang begini akan menambah rasa cemas,rasa khusyuk
khidmat dan berendah diri dan menyebabkan kita untuk menganggap semua
orang lebih baik dari kita,mengingat kuatnya alasan Allah untuk memukul
kita karena kita berlimu,tapi begini alpa dalam mengisi wajib syukur
kepada Allah pemberi karunia itu.ilmu adalah sarana terpenting untuk di
takaburkan.dari itu Allah menitahkan kepada Nabi Muhammad SAW;
Artinya:"Rendahkanlah sayapmu terhadap pengikut mu orang-orang yang beriman!".(Q.S.Asy syu'ara:215)
Amat
payahlah seoarng berilmu untuk tidak menganggap dirinya bermartabat
dibanding dengan seorang kosong ilmu,karena syariat agama banyak sekali
memujikan kelebihan ilmu.ia takkan sanggup menolak perdayaan untuk
bertakabur,kecuali denagn memahamkan hal ini:
Hendaklah
disadarinya,bahwa alasan Allah SWT,untuk memberatkan orang adalah lebih
kuat.tuhan mungkin bersikap toleransi terhadap orang kosong ilmu
tentang kesalahan yang di persepuluhkannya saja tak dapat di maafkan
terhadap orang berilmu.seorang yang melanggar perintah tuhan dengan
sadar dan mengetahui.kesalahannya akan amat berat,karena ia tiada
menunaiakn hak Allah di bidang karunia ilmu.dari itu nabi Muhammad
SAW.bersabda;
"Di
tampilkan seorang berilmu di hari kiamat dan ia di jebloskan ke
neraka.Maka berjela keluar perut panjangnay dan ia berputar keliling
bagaikan keledai mengitari kilangan.lalu ia di kelilingi penduduk neraka
dan mereka bertanya,"kenapa anda begini?".jawabnya,"Aku menyuruh orang
kepada kebaikan,tapi aku tak membuatnya dan ku larang orang berbuat
jahat,tapi aku melakukannya!".(Riwayat Bukhari Muslim dari Usman Bin
Zaid)
Empat Akhlak Yang Harus Melekat Dalam Diri Orang Yang Berilmu.
Akal
yang cerdas dan brilian memang sebuah anugerah. Namun ia bukan
merupakan peranti satu-satunya dalam membimbing manusia untuk meraih
kesejatian. Bahkan tidak sedikit orang yang kebablasan, sehingga
menuhankan akal. Dalam kaitan ini, maka agama dan akhlak mesti terus
mengawali kemampuan akal ini, sebagaimana yang diujarkan oleh Umar bin
Khaththab: “Modal seorang laki-laki adalah akalnya, kemuliaannya
terletak pada agamanya, dan harga dirinya ada pada akhlaknya.”
Bila akhlak menjadi parameter dari harga diri seseorang, maka lebih-lebih terhadap ulama. Maka akhlak menjadi bagian yang inheren dan instrinsik dengan dirinya. Dari permenungan Imam Mawardi, setidaknya ada empat akhlak yang harus melekat dalam diri orang yang berilmu,yaitu:
Pertama , tawadhu dan tidak ujub. Karena Nabi mengatakan: “Sesungguhnya ujub itu akan memakan hasanah (kebaikan) sebagaimana api melalap kayu bakar.” Seorang ulama juga berujar: “Barangsiapa yang takabur dan merasa tinggi dengan ilmunya, Allah akan merendahkannya, dan barangsiapa yang tawadhu' (rendah hati) dengan ilmunya, Allah akan mengangkatnya.”Kedua , mengamalkan ilmu. Dalam hal ini, Ali bin Abu Thalib mengingatkan: “Orang-orang tidak mau mencari ilmu tidak lain karena mereka melihat sedikitnya orang yang berilmu mengambil manfaat dari ilmunya.” Seorang ulama juga berucap: “Buah dari ilmu adalah pengamalan, sedang buah amal ialah balasan/pahala.”
Ketiga , tidak pelit dengan ilmu. Orang yang berilmu harus mengajarkan ilmunya kepada yang lain, karena pelit dengan ilmu adalah tercela dan suatu kezaliman. Sebuah ujaran hikmah menyebutkan: “Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, maka ia seolah-olah bodoh tentangnya.”
Keempat , bersifat mendidik dan lemah lembut. Seorang yang berilmu harus selalu memberi nasihat dan bimbingan dengan lemah lembut, memberikan kemudahan-kemudahan kepada muridnya dan memotivasinya untuk giat belajar. Perbuatan ini mendatangkan pahala besar baginya. (Makmun Nawawi).
Bila akhlak menjadi parameter dari harga diri seseorang, maka lebih-lebih terhadap ulama. Maka akhlak menjadi bagian yang inheren dan instrinsik dengan dirinya. Dari permenungan Imam Mawardi, setidaknya ada empat akhlak yang harus melekat dalam diri orang yang berilmu,yaitu:
Pertama , tawadhu dan tidak ujub. Karena Nabi mengatakan: “Sesungguhnya ujub itu akan memakan hasanah (kebaikan) sebagaimana api melalap kayu bakar.” Seorang ulama juga berujar: “Barangsiapa yang takabur dan merasa tinggi dengan ilmunya, Allah akan merendahkannya, dan barangsiapa yang tawadhu' (rendah hati) dengan ilmunya, Allah akan mengangkatnya.”Kedua , mengamalkan ilmu. Dalam hal ini, Ali bin Abu Thalib mengingatkan: “Orang-orang tidak mau mencari ilmu tidak lain karena mereka melihat sedikitnya orang yang berilmu mengambil manfaat dari ilmunya.” Seorang ulama juga berucap: “Buah dari ilmu adalah pengamalan, sedang buah amal ialah balasan/pahala.”
Ketiga , tidak pelit dengan ilmu. Orang yang berilmu harus mengajarkan ilmunya kepada yang lain, karena pelit dengan ilmu adalah tercela dan suatu kezaliman. Sebuah ujaran hikmah menyebutkan: “Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, maka ia seolah-olah bodoh tentangnya.”
Keempat , bersifat mendidik dan lemah lembut. Seorang yang berilmu harus selalu memberi nasihat dan bimbingan dengan lemah lembut, memberikan kemudahan-kemudahan kepada muridnya dan memotivasinya untuk giat belajar. Perbuatan ini mendatangkan pahala besar baginya. (Makmun Nawawi).
Akhlak Ibarat Bunga Di taman.
AKHLAK
adalah perkara penting selepas iman. Setiap orang akan dinilai
berdasarkan budi pekertinya (akhlak). Jika baik akhlaknya, maka dia akan
dianggap baik. Jika buruk akhlaknya meskipun ada melakukan kebajikan,
tetap tidak akan dinilai.
Oleh itu, orang yang mempunyai akhlak mulia akan dipandang mulia di sisi Allah. Contoh, akhlak mulia adalah akhlak Rasulullah.
Firman Allah bermaksud:
"Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) mempunyai akhlak yang sangat mulia."
(Surah al-Qalam, ayat 4).
Akhlak yang baik hendaklah dipupuk dan dipelihara hingga sebati dengan diri kita. Hal ini bagi membolehkan kita mengamalkannya dalam kehidupan seharian.
Dalam kehidupan manusia, akhlak dapat diibaratkan seperti bunga dalam sebuah taman. Bagaimana luas dan indahnya sebuah taman kalau tidak dihiasi dengan bunga-bungaan, maka taman itu tidak jauh bezanya dengan tanah perkuburan.
Seseorang yang mempunyai badan sihat, gagah, tampan, menarik, berilmu, kaya atau berpangkat, kalau mempunyai akhlak buruk dan perangai jahat, tidak ubah seperti muka yang cantik, tetapi mempunyai kesan guris luka berpanjangan.
Akhlak mulia atau hina terbit daripada jiwa atau hati. Jiwa seseorang itu saja yang akan menjadi pendorong menggerakkan perbuatan yang baik atau tercela.
Dengan mempunyai akhlak baik dan sempurna pada diri seseorang, maka dapatlah kita melahirkan sebuah masyarakat dan bangsa gemilang, terbilang dan cemerlang.
Hal ini kerana bangsa yang diasaskan dengan akhlak mulia saja akan dipandang mulia, bahkan boleh mengangkat martabat sesebuah bangsa ke tingkat paling tinggi antara ummah.
Di sinilah terbentuknya masyarakat madani yang mempunyai nilai positif dan mahmudah (terpuji). Setiap pekerjaan, pergaulan, perbuatan, hubungan individu, masyarakat, antarabangsa, kekeluargaan dan negara dijalin atas kesempurnaan akhlak.
Secara tidak langsung ia akan mewujudkan sebuah peradaban luhur bercirikan akhlak kemanusiaan sejagat dan tunduk atas kekuasaan Allah. Tanpa akhlak, manusia akan berbuat sesuka hatinya tidak mengira sama ada dilarang oleh Allah atau melanggar tata susila dan maruah mereka.
Masalah sosial yang semakin kritikal dan kronik dalam masyarakat, terutama golongan remaja pada masa kini disebabkan oleh budaya akhlak yang kian merosot.
Mereka mudah terpengaruh dengan budaya kehidupan Barat yang memang sudah runtuh nilai akhlaknya.
Ajaran Islam tidak pernah menyekat kebebasan dalam melakukan kegiatan kehidupan, tetapi hendaklah melalui batas yang ditentukan oleh syariat.
Segala yang dilarang oleh Allah swt mempunyai hikmah yang besar.
Isu keruntuhan akhlak bukanlah suatu perkara yang baru dalam masyarakat kita. Namun apa yang diharapkan adalah kepekaan dan usaha bersungguh-sungguh pada diri individu dan masyarakat dalam menangani masalah generasi muda.
Langkah yang perlu kita lakukan adalah berusaha mencari penawar kepada penyakit sosial untuk memulihkan sindrom yang menyerang generasi muda pada zaman ini.
Salah satu cara terbaik adalah pembudayaan akhlak dalam kehidupan seharian.
Keperibadian yang disulami dengan keimanan dan akhlak akan menerbitkan pekerti mulia dan menjamin kerukunan dan kesejahteraan sebuah masyarakat, negara dan antarabangsa..
Jika HATI sejernih AIR, jangan biar ia KERUH.
Jika HATI seputih AWAN, jangan biar ia MENDUNG.
Jika HATI seindah BULAN, hiasi ia dengan IMAN
Oleh itu, orang yang mempunyai akhlak mulia akan dipandang mulia di sisi Allah. Contoh, akhlak mulia adalah akhlak Rasulullah.
Firman Allah bermaksud:
"Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) mempunyai akhlak yang sangat mulia."
(Surah al-Qalam, ayat 4).
Akhlak yang baik hendaklah dipupuk dan dipelihara hingga sebati dengan diri kita. Hal ini bagi membolehkan kita mengamalkannya dalam kehidupan seharian.
Dalam kehidupan manusia, akhlak dapat diibaratkan seperti bunga dalam sebuah taman. Bagaimana luas dan indahnya sebuah taman kalau tidak dihiasi dengan bunga-bungaan, maka taman itu tidak jauh bezanya dengan tanah perkuburan.
Seseorang yang mempunyai badan sihat, gagah, tampan, menarik, berilmu, kaya atau berpangkat, kalau mempunyai akhlak buruk dan perangai jahat, tidak ubah seperti muka yang cantik, tetapi mempunyai kesan guris luka berpanjangan.
Akhlak mulia atau hina terbit daripada jiwa atau hati. Jiwa seseorang itu saja yang akan menjadi pendorong menggerakkan perbuatan yang baik atau tercela.
Dengan mempunyai akhlak baik dan sempurna pada diri seseorang, maka dapatlah kita melahirkan sebuah masyarakat dan bangsa gemilang, terbilang dan cemerlang.
Hal ini kerana bangsa yang diasaskan dengan akhlak mulia saja akan dipandang mulia, bahkan boleh mengangkat martabat sesebuah bangsa ke tingkat paling tinggi antara ummah.
Di sinilah terbentuknya masyarakat madani yang mempunyai nilai positif dan mahmudah (terpuji). Setiap pekerjaan, pergaulan, perbuatan, hubungan individu, masyarakat, antarabangsa, kekeluargaan dan negara dijalin atas kesempurnaan akhlak.
Secara tidak langsung ia akan mewujudkan sebuah peradaban luhur bercirikan akhlak kemanusiaan sejagat dan tunduk atas kekuasaan Allah. Tanpa akhlak, manusia akan berbuat sesuka hatinya tidak mengira sama ada dilarang oleh Allah atau melanggar tata susila dan maruah mereka.
Masalah sosial yang semakin kritikal dan kronik dalam masyarakat, terutama golongan remaja pada masa kini disebabkan oleh budaya akhlak yang kian merosot.
Mereka mudah terpengaruh dengan budaya kehidupan Barat yang memang sudah runtuh nilai akhlaknya.
Ajaran Islam tidak pernah menyekat kebebasan dalam melakukan kegiatan kehidupan, tetapi hendaklah melalui batas yang ditentukan oleh syariat.
Segala yang dilarang oleh Allah swt mempunyai hikmah yang besar.
Isu keruntuhan akhlak bukanlah suatu perkara yang baru dalam masyarakat kita. Namun apa yang diharapkan adalah kepekaan dan usaha bersungguh-sungguh pada diri individu dan masyarakat dalam menangani masalah generasi muda.
Langkah yang perlu kita lakukan adalah berusaha mencari penawar kepada penyakit sosial untuk memulihkan sindrom yang menyerang generasi muda pada zaman ini.
Salah satu cara terbaik adalah pembudayaan akhlak dalam kehidupan seharian.
Keperibadian yang disulami dengan keimanan dan akhlak akan menerbitkan pekerti mulia dan menjamin kerukunan dan kesejahteraan sebuah masyarakat, negara dan antarabangsa..
Jika HATI sejernih AIR, jangan biar ia KERUH.
Jika HATI seputih AWAN, jangan biar ia MENDUNG.
Jika HATI seindah BULAN, hiasi ia dengan IMAN
Akhlak Ibarat Bunga Di taman.
AKHLAK
adalah perkara penting selepas iman. Setiap orang akan dinilai
berdasarkan budi pekertinya (akhlak). Jika baik akhlaknya, maka dia akan
dianggap baik. Jika buruk akhlaknya meskipun ada melakukan kebajikan,
tetap tidak akan dinilai.
Oleh itu, orang yang mempunyai akhlak mulia akan dipandang mulia di sisi Allah. Contoh, akhlak mulia adalah akhlak Rasulullah.
Firman Allah bermaksud:
"Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) mempunyai akhlak yang sangat mulia."
(Surah al-Qalam, ayat 4).
Akhlak yang baik hendaklah dipupuk dan dipelihara hingga sebati dengan diri kita. Hal ini bagi membolehkan kita mengamalkannya dalam kehidupan seharian.
Dalam kehidupan manusia, akhlak dapat diibaratkan seperti bunga dalam sebuah taman. Bagaimana luas dan indahnya sebuah taman kalau tidak dihiasi dengan bunga-bungaan, maka taman itu tidak jauh bezanya dengan tanah perkuburan.
Seseorang yang mempunyai badan sihat, gagah, tampan, menarik, berilmu, kaya atau berpangkat, kalau mempunyai akhlak buruk dan perangai jahat, tidak ubah seperti muka yang cantik, tetapi mempunyai kesan guris luka berpanjangan.
Akhlak mulia atau hina terbit daripada jiwa atau hati. Jiwa seseorang itu saja yang akan menjadi pendorong menggerakkan perbuatan yang baik atau tercela.
Dengan mempunyai akhlak baik dan sempurna pada diri seseorang, maka dapatlah kita melahirkan sebuah masyarakat dan bangsa gemilang, terbilang dan cemerlang.
Hal ini kerana bangsa yang diasaskan dengan akhlak mulia saja akan dipandang mulia, bahkan boleh mengangkat martabat sesebuah bangsa ke tingkat paling tinggi antara ummah.
Di sinilah terbentuknya masyarakat madani yang mempunyai nilai positif dan mahmudah (terpuji). Setiap pekerjaan, pergaulan, perbuatan, hubungan individu, masyarakat, antarabangsa, kekeluargaan dan negara dijalin atas kesempurnaan akhlak.
Secara tidak langsung ia akan mewujudkan sebuah peradaban luhur bercirikan akhlak kemanusiaan sejagat dan tunduk atas kekuasaan Allah. Tanpa akhlak, manusia akan berbuat sesuka hatinya tidak mengira sama ada dilarang oleh Allah atau melanggar tata susila dan maruah mereka.
Masalah sosial yang semakin kritikal dan kronik dalam masyarakat, terutama golongan remaja pada masa kini disebabkan oleh budaya akhlak yang kian merosot.
Mereka mudah terpengaruh dengan budaya kehidupan Barat yang memang sudah runtuh nilai akhlaknya.
Ajaran Islam tidak pernah menyekat kebebasan dalam melakukan kegiatan kehidupan, tetapi hendaklah melalui batas yang ditentukan oleh syariat.
Segala yang dilarang oleh Allah swt mempunyai hikmah yang besar.
Isu keruntuhan akhlak bukanlah suatu perkara yang baru dalam masyarakat kita. Namun apa yang diharapkan adalah kepekaan dan usaha bersungguh-sungguh pada diri individu dan masyarakat dalam menangani masalah generasi muda.
Langkah yang perlu kita lakukan adalah berusaha mencari penawar kepada penyakit sosial untuk memulihkan sindrom yang menyerang generasi muda pada zaman ini.
Salah satu cara terbaik adalah pembudayaan akhlak dalam kehidupan seharian.
Keperibadian yang disulami dengan keimanan dan akhlak akan menerbitkan pekerti mulia dan menjamin kerukunan dan kesejahteraan sebuah masyarakat, negara dan antarabangsa..
Jika HATI sejernih AIR, jangan biar ia KERUH.
Jika HATI seputih AWAN, jangan biar ia MENDUNG.
Jika HATI seindah BULAN, hiasi ia dengan IMAN
Alangkah cepatnya takabur menjalari para ulama dan ilmuan.karenanya Nabi muhammad SAW bersabda,"celaka ilmu ialah kesombongan!".
baru saja sorang berilmu memantapkan kejayaan ilmunya,segeralah terasa
dalam dirinya keindahan ilmu dan kelebihannya lalu dirinya dianggapnya
penting dan orang lain di pandangnya remeh,bagaikan memandang hewan
ternak saja.mereka di anggapnya bodoh-bodoh dan di tungguhnya untuk
memberi salam.bila orang-orang telah dulu memberi salam kepadanya dan di
balasnya dengan muka manis,maupun orang-orang bangkit berdiri
menghormatinya atau di penuhi undangan orang,maka ia menganggap dirinya
telah berbudi kepada orang itu dan haruslah yang bersangkutan
berterimakasih kepadanya,serta meyakini bahwa dialah orang yang paling
mulia,yang telah sudi berbuat terhadap mereka hal-hal yang semestinya
tak dapat mereka harapkan dari orang-orang sepertri dia.Oleh itu, orang yang mempunyai akhlak mulia akan dipandang mulia di sisi Allah. Contoh, akhlak mulia adalah akhlak Rasulullah.
Firman Allah bermaksud:
"Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) mempunyai akhlak yang sangat mulia."
(Surah al-Qalam, ayat 4).
Akhlak yang baik hendaklah dipupuk dan dipelihara hingga sebati dengan diri kita. Hal ini bagi membolehkan kita mengamalkannya dalam kehidupan seharian.
Dalam kehidupan manusia, akhlak dapat diibaratkan seperti bunga dalam sebuah taman. Bagaimana luas dan indahnya sebuah taman kalau tidak dihiasi dengan bunga-bungaan, maka taman itu tidak jauh bezanya dengan tanah perkuburan.
Seseorang yang mempunyai badan sihat, gagah, tampan, menarik, berilmu, kaya atau berpangkat, kalau mempunyai akhlak buruk dan perangai jahat, tidak ubah seperti muka yang cantik, tetapi mempunyai kesan guris luka berpanjangan.
Akhlak mulia atau hina terbit daripada jiwa atau hati. Jiwa seseorang itu saja yang akan menjadi pendorong menggerakkan perbuatan yang baik atau tercela.
Dengan mempunyai akhlak baik dan sempurna pada diri seseorang, maka dapatlah kita melahirkan sebuah masyarakat dan bangsa gemilang, terbilang dan cemerlang.
Hal ini kerana bangsa yang diasaskan dengan akhlak mulia saja akan dipandang mulia, bahkan boleh mengangkat martabat sesebuah bangsa ke tingkat paling tinggi antara ummah.
Di sinilah terbentuknya masyarakat madani yang mempunyai nilai positif dan mahmudah (terpuji). Setiap pekerjaan, pergaulan, perbuatan, hubungan individu, masyarakat, antarabangsa, kekeluargaan dan negara dijalin atas kesempurnaan akhlak.
Secara tidak langsung ia akan mewujudkan sebuah peradaban luhur bercirikan akhlak kemanusiaan sejagat dan tunduk atas kekuasaan Allah. Tanpa akhlak, manusia akan berbuat sesuka hatinya tidak mengira sama ada dilarang oleh Allah atau melanggar tata susila dan maruah mereka.
Masalah sosial yang semakin kritikal dan kronik dalam masyarakat, terutama golongan remaja pada masa kini disebabkan oleh budaya akhlak yang kian merosot.
Mereka mudah terpengaruh dengan budaya kehidupan Barat yang memang sudah runtuh nilai akhlaknya.
Ajaran Islam tidak pernah menyekat kebebasan dalam melakukan kegiatan kehidupan, tetapi hendaklah melalui batas yang ditentukan oleh syariat.
Segala yang dilarang oleh Allah swt mempunyai hikmah yang besar.
Isu keruntuhan akhlak bukanlah suatu perkara yang baru dalam masyarakat kita. Namun apa yang diharapkan adalah kepekaan dan usaha bersungguh-sungguh pada diri individu dan masyarakat dalam menangani masalah generasi muda.
Langkah yang perlu kita lakukan adalah berusaha mencari penawar kepada penyakit sosial untuk memulihkan sindrom yang menyerang generasi muda pada zaman ini.
Salah satu cara terbaik adalah pembudayaan akhlak dalam kehidupan seharian.
Keperibadian yang disulami dengan keimanan dan akhlak akan menerbitkan pekerti mulia dan menjamin kerukunan dan kesejahteraan sebuah masyarakat, negara dan antarabangsa..
Jika HATI sejernih AIR, jangan biar ia KERUH.
Jika HATI seputih AWAN, jangan biar ia MENDUNG.
Jika HATI seindah BULAN, hiasi ia dengan IMAN
Orang
yang begini mutunya lebih tepat dinamakan orang jahil dan di katakan
seorang'alim,karena ilmu yang hakiki ialah ilmu yang dengannya kita
dapat tahu diri dan mengenal tuhan,tahu bahaya besar di akhir hayat(Al
Khatimah)dan tahu bahwa ilmu pulalah nantinya yang akan menjadi alasan
Allah untuk pemukul para ulama dan tahu pula besar resikonya ilmu di
hari nanti,maka ilmu yang begini akan menambah rasa cemas,rasa khusyuk
khidmat dan berendah diri dan menyebabkan kita untuk menganggap semua
orang lebih baik dari kita,mengingat kuatnya alasan Allah untuk memukul
kita karena kita berlimu,tapi begini alpa dalam mengisi wajib syukur
kepada Allah pemberi karunia itu.ilmu adalah sarana terpenting untuk di
takaburkan.dari itu Allah menitahkan kepada Nabi Muhammad SAW;
Artinya:"Rendahkanlah sayapmu terhadap pengikut mu orang-orang yang beriman!".(Q.S.Asy syu'ara:215)
Amat
payahlah seoarng berilmu untuk tidak menganggap dirinya bermartabat
dibanding dengan seorang kosong ilmu,karena syariat agama banyak sekali
memujikan kelebihan ilmu.ia takkan sanggup menolak perdayaan untuk
bertakabur,kecuali denagn memahamkan hal ini:
Hendaklah
disadarinya,bahwa alasan Allah SWT,untuk memberatkan orang adalah lebih
kuat.tuhan mungkin bersikap toleransi terhadap orang kosong ilmu
tentang kesalahan yang di persepuluhkannya saja tak dapat di maafkan
terhadap orang berilmu.seorang yang melanggar perintah tuhan dengan
sadar dan mengetahui.kesalahannya akan amat berat,karena ia tiada
menunaiakn hak Allah di bidang karunia ilmu.dari itu nabi Muhammad
SAW.bersabda;
"Di
tampilkan seorang berilmu di hari kiamat dan ia di jebloskan ke
neraka.Maka berjela keluar perut panjangnay dan ia berputar keliling
bagaikan keledai mengitari kilangan.lalu ia di kelilingi penduduk neraka
dan mereka bertanya,"kenapa anda begini?".jawabnya,"Aku menyuruh orang
kepada kebaikan,tapi aku tak membuatnya dan ku larang orang berbuat
jahat,tapi aku melakukannya!".(Riwayat Bukhari Muslim dari Usman Bin
Zaid)
Empat Akhlak Yang Harus Melekat Dalam Diri Orang Yang Berilmu.
Akal
yang cerdas dan brilian memang sebuah anugerah. Namun ia bukan
merupakan peranti satu-satunya dalam membimbing manusia untuk meraih
kesejatian. Bahkan tidak sedikit orang yang kebablasan, sehingga
menuhankan akal. Dalam kaitan ini, maka agama dan akhlak mesti terus
mengawali kemampuan akal ini, sebagaimana yang diujarkan oleh Umar bin
Khaththab: “Modal seorang laki-laki adalah akalnya, kemuliaannya
terletak pada agamanya, dan harga dirinya ada pada akhlaknya.”
Bila akhlak menjadi parameter dari harga diri seseorang, maka lebih-lebih terhadap ulama. Maka akhlak menjadi bagian yang inheren dan instrinsik dengan dirinya. Dari permenungan Imam Mawardi, setidaknya ada empat akhlak yang harus melekat dalam diri orang yang berilmu,yaitu:
Pertama , tawadhu dan tidak ujub. Karena Nabi mengatakan: “Sesungguhnya ujub itu akan memakan hasanah (kebaikan) sebagaimana api melalap kayu bakar.” Seorang ulama juga berujar: “Barangsiapa yang takabur dan merasa tinggi dengan ilmunya, Allah akan merendahkannya, dan barangsiapa yang tawadhu' (rendah hati) dengan ilmunya, Allah akan mengangkatnya.”Kedua , mengamalkan ilmu. Dalam hal ini, Ali bin Abu Thalib mengingatkan: “Orang-orang tidak mau mencari ilmu tidak lain karena mereka melihat sedikitnya orang yang berilmu mengambil manfaat dari ilmunya.” Seorang ulama juga berucap: “Buah dari ilmu adalah pengamalan, sedang buah amal ialah balasan/pahala.”
Ketiga , tidak pelit dengan ilmu. Orang yang berilmu harus mengajarkan ilmunya kepada yang lain, karena pelit dengan ilmu adalah tercela dan suatu kezaliman. Sebuah ujaran hikmah menyebutkan: “Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, maka ia seolah-olah bodoh tentangnya.”
Keempat , bersifat mendidik dan lemah lembut. Seorang yang berilmu harus selalu memberi nasihat dan bimbingan dengan lemah lembut, memberikan kemudahan-kemudahan kepada muridnya dan memotivasinya untuk giat belajar. Perbuatan ini mendatangkan pahala besar baginya. (Makmun Nawawi).
Bila akhlak menjadi parameter dari harga diri seseorang, maka lebih-lebih terhadap ulama. Maka akhlak menjadi bagian yang inheren dan instrinsik dengan dirinya. Dari permenungan Imam Mawardi, setidaknya ada empat akhlak yang harus melekat dalam diri orang yang berilmu,yaitu:
Pertama , tawadhu dan tidak ujub. Karena Nabi mengatakan: “Sesungguhnya ujub itu akan memakan hasanah (kebaikan) sebagaimana api melalap kayu bakar.” Seorang ulama juga berujar: “Barangsiapa yang takabur dan merasa tinggi dengan ilmunya, Allah akan merendahkannya, dan barangsiapa yang tawadhu' (rendah hati) dengan ilmunya, Allah akan mengangkatnya.”Kedua , mengamalkan ilmu. Dalam hal ini, Ali bin Abu Thalib mengingatkan: “Orang-orang tidak mau mencari ilmu tidak lain karena mereka melihat sedikitnya orang yang berilmu mengambil manfaat dari ilmunya.” Seorang ulama juga berucap: “Buah dari ilmu adalah pengamalan, sedang buah amal ialah balasan/pahala.”
Ketiga , tidak pelit dengan ilmu. Orang yang berilmu harus mengajarkan ilmunya kepada yang lain, karena pelit dengan ilmu adalah tercela dan suatu kezaliman. Sebuah ujaran hikmah menyebutkan: “Barangsiapa yang menyembunyikan ilmu, maka ia seolah-olah bodoh tentangnya.”
Keempat , bersifat mendidik dan lemah lembut. Seorang yang berilmu harus selalu memberi nasihat dan bimbingan dengan lemah lembut, memberikan kemudahan-kemudahan kepada muridnya dan memotivasinya untuk giat belajar. Perbuatan ini mendatangkan pahala besar baginya. (Makmun Nawawi).
Akhlak Ibarat Bunga Di taman.
AKHLAK
adalah perkara penting selepas iman. Setiap orang akan dinilai
berdasarkan budi pekertinya (akhlak). Jika baik akhlaknya, maka dia akan
dianggap baik. Jika buruk akhlaknya meskipun ada melakukan kebajikan,
tetap tidak akan dinilai.
Oleh itu, orang yang mempunyai akhlak mulia akan dipandang mulia di sisi Allah. Contoh, akhlak mulia adalah akhlak Rasulullah.
Firman Allah bermaksud:
"Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) mempunyai akhlak yang sangat mulia."
(Surah al-Qalam, ayat 4).
Akhlak yang baik hendaklah dipupuk dan dipelihara hingga sebati dengan diri kita. Hal ini bagi membolehkan kita mengamalkannya dalam kehidupan seharian.
Dalam kehidupan manusia, akhlak dapat diibaratkan seperti bunga dalam sebuah taman. Bagaimana luas dan indahnya sebuah taman kalau tidak dihiasi dengan bunga-bungaan, maka taman itu tidak jauh bezanya dengan tanah perkuburan.
Seseorang yang mempunyai badan sihat, gagah, tampan, menarik, berilmu, kaya atau berpangkat, kalau mempunyai akhlak buruk dan perangai jahat, tidak ubah seperti muka yang cantik, tetapi mempunyai kesan guris luka berpanjangan.
Akhlak mulia atau hina terbit daripada jiwa atau hati. Jiwa seseorang itu saja yang akan menjadi pendorong menggerakkan perbuatan yang baik atau tercela.
Dengan mempunyai akhlak baik dan sempurna pada diri seseorang, maka dapatlah kita melahirkan sebuah masyarakat dan bangsa gemilang, terbilang dan cemerlang.
Hal ini kerana bangsa yang diasaskan dengan akhlak mulia saja akan dipandang mulia, bahkan boleh mengangkat martabat sesebuah bangsa ke tingkat paling tinggi antara ummah.
Di sinilah terbentuknya masyarakat madani yang mempunyai nilai positif dan mahmudah (terpuji). Setiap pekerjaan, pergaulan, perbuatan, hubungan individu, masyarakat, antarabangsa, kekeluargaan dan negara dijalin atas kesempurnaan akhlak.
Secara tidak langsung ia akan mewujudkan sebuah peradaban luhur bercirikan akhlak kemanusiaan sejagat dan tunduk atas kekuasaan Allah. Tanpa akhlak, manusia akan berbuat sesuka hatinya tidak mengira sama ada dilarang oleh Allah atau melanggar tata susila dan maruah mereka.
Masalah sosial yang semakin kritikal dan kronik dalam masyarakat, terutama golongan remaja pada masa kini disebabkan oleh budaya akhlak yang kian merosot.
Mereka mudah terpengaruh dengan budaya kehidupan Barat yang memang sudah runtuh nilai akhlaknya.
Ajaran Islam tidak pernah menyekat kebebasan dalam melakukan kegiatan kehidupan, tetapi hendaklah melalui batas yang ditentukan oleh syariat.
Segala yang dilarang oleh Allah swt mempunyai hikmah yang besar.
Isu keruntuhan akhlak bukanlah suatu perkara yang baru dalam masyarakat kita. Namun apa yang diharapkan adalah kepekaan dan usaha bersungguh-sungguh pada diri individu dan masyarakat dalam menangani masalah generasi muda.
Langkah yang perlu kita lakukan adalah berusaha mencari penawar kepada penyakit sosial untuk memulihkan sindrom yang menyerang generasi muda pada zaman ini.
Salah satu cara terbaik adalah pembudayaan akhlak dalam kehidupan seharian.
Keperibadian yang disulami dengan keimanan dan akhlak akan menerbitkan pekerti mulia dan menjamin kerukunan dan kesejahteraan sebuah masyarakat, negara dan antarabangsa..
Jika HATI sejernih AIR, jangan biar ia KERUH.
Jika HATI seputih AWAN, jangan biar ia MENDUNG.
Jika HATI seindah BULAN, hiasi ia dengan IMAN
Oleh itu, orang yang mempunyai akhlak mulia akan dipandang mulia di sisi Allah. Contoh, akhlak mulia adalah akhlak Rasulullah.
Firman Allah bermaksud:
"Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) mempunyai akhlak yang sangat mulia."
(Surah al-Qalam, ayat 4).
Akhlak yang baik hendaklah dipupuk dan dipelihara hingga sebati dengan diri kita. Hal ini bagi membolehkan kita mengamalkannya dalam kehidupan seharian.
Dalam kehidupan manusia, akhlak dapat diibaratkan seperti bunga dalam sebuah taman. Bagaimana luas dan indahnya sebuah taman kalau tidak dihiasi dengan bunga-bungaan, maka taman itu tidak jauh bezanya dengan tanah perkuburan.
Seseorang yang mempunyai badan sihat, gagah, tampan, menarik, berilmu, kaya atau berpangkat, kalau mempunyai akhlak buruk dan perangai jahat, tidak ubah seperti muka yang cantik, tetapi mempunyai kesan guris luka berpanjangan.
Akhlak mulia atau hina terbit daripada jiwa atau hati. Jiwa seseorang itu saja yang akan menjadi pendorong menggerakkan perbuatan yang baik atau tercela.
Dengan mempunyai akhlak baik dan sempurna pada diri seseorang, maka dapatlah kita melahirkan sebuah masyarakat dan bangsa gemilang, terbilang dan cemerlang.
Hal ini kerana bangsa yang diasaskan dengan akhlak mulia saja akan dipandang mulia, bahkan boleh mengangkat martabat sesebuah bangsa ke tingkat paling tinggi antara ummah.
Di sinilah terbentuknya masyarakat madani yang mempunyai nilai positif dan mahmudah (terpuji). Setiap pekerjaan, pergaulan, perbuatan, hubungan individu, masyarakat, antarabangsa, kekeluargaan dan negara dijalin atas kesempurnaan akhlak.
Secara tidak langsung ia akan mewujudkan sebuah peradaban luhur bercirikan akhlak kemanusiaan sejagat dan tunduk atas kekuasaan Allah. Tanpa akhlak, manusia akan berbuat sesuka hatinya tidak mengira sama ada dilarang oleh Allah atau melanggar tata susila dan maruah mereka.
Masalah sosial yang semakin kritikal dan kronik dalam masyarakat, terutama golongan remaja pada masa kini disebabkan oleh budaya akhlak yang kian merosot.
Mereka mudah terpengaruh dengan budaya kehidupan Barat yang memang sudah runtuh nilai akhlaknya.
Ajaran Islam tidak pernah menyekat kebebasan dalam melakukan kegiatan kehidupan, tetapi hendaklah melalui batas yang ditentukan oleh syariat.
Segala yang dilarang oleh Allah swt mempunyai hikmah yang besar.
Isu keruntuhan akhlak bukanlah suatu perkara yang baru dalam masyarakat kita. Namun apa yang diharapkan adalah kepekaan dan usaha bersungguh-sungguh pada diri individu dan masyarakat dalam menangani masalah generasi muda.
Langkah yang perlu kita lakukan adalah berusaha mencari penawar kepada penyakit sosial untuk memulihkan sindrom yang menyerang generasi muda pada zaman ini.
Salah satu cara terbaik adalah pembudayaan akhlak dalam kehidupan seharian.
Keperibadian yang disulami dengan keimanan dan akhlak akan menerbitkan pekerti mulia dan menjamin kerukunan dan kesejahteraan sebuah masyarakat, negara dan antarabangsa..
Jika HATI sejernih AIR, jangan biar ia KERUH.
Jika HATI seputih AWAN, jangan biar ia MENDUNG.
Jika HATI seindah BULAN, hiasi ia dengan IMAN
0 komentar:
Posting Komentar